Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum Ummi. Bulan April identik dengan Hari Kartini. Di bulan Kartini ini saya dan beberapa emak di Kumpulan Emak Blogger sedang kolaborasi untuk membahas tentang Kartini Zaman Now.
Kartini Zaman Now dan Media Sosial. Boeah Pikiran Dalam Literasi Digital
Semua perempuan Indonesia pasti mengetahui siapa itu Kartini. Kartini adalah seorang pahlawan wanita nasional yang gigih memperjuangkan hak-hak perempuan pribumi waktu itu. Lewat suratnya kepada Rose Abendanon maupun yang lainnya, beliau mencurahkan isi hatinya. Curhat tentang masalah perempuan pribumi mengapa tak boleh sekolah tinggi, tentang adat jawa yang mengekang, bahkan poligami, maupun masalah social lain. Termasuk beliau bercerita bahwa ingin sekali mendirikan sekolah perempuan karena perempuan pribumi tak banyak yang bersekolah waktu itu. (Waktu menulis ini saya teringat alm nenek yang lahir di zaman itu dan memang itu fakta perempuan tak banyak yang bersekolah termasuk nenek. Baru pasca kemerdekaan perempuan mulai banyak yang sekolah walaupun memang peningkatannya belum banyak.)
Tak hanya bersurat, beliau juga mengirimkan beberapa karyanya ke berbagai surat kabar maupun majalah seperti De Locomotief dan De Hollandsche Lelie.
Setelah beliau wafat suami Rose Abendanon, Mr. J.H. Abendanon yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda lalu mengumpulkan dan membukukan surat-surat Kartini ke dalam buku Door Duisternis Tot Licht yang berbahasa Belanda pada tahun 1911. Kemudian Armijn Pane menerjemahkan surat-surat Kartini dari Door Duisternis Tot Licht ke dalam Habis Gelap Terbitlah Terang pada tahun 1922 yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.
R.A. Kartini adalah pelopor kebangkitan perempuan pribumi di zaman pemerintahan Hindia Belanda (zaman now : Indonesia). Pemikirannya tertuang dalam surat-suratnya kepada teman-teman korespondesinya di Belanda tentang kondisi social saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Kartini memiliki semangat yang tinggi dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan untuk dapat sekolah yang lebih tinggi. Kartini putri yang mulia. Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia.
sumber : seputar-jateng.com |
Kartini Zaman Now
Zaman semakin maju dan kita selisih seabad dengan zaman Ibu Kita Kartini. Kartini Zaman Now sudah seimbang haknya dengan kaum laki-laki. Sudah banyak sekali sarjana wanita baik yang sekolah di dalam maupun di luar negeri. Baik yang kemudian berkarir maupun memilih menjadi mom yang stay at home walaupun berpendidikan tinggi. Karena Kartini Zaman Now sudah bisa memilih. Hidupnya adalah pilihannya.
Walaupun masih ada pak pos yang setia mengirimkan surat. Namun Kartini Zaman Now ada yang lebih memilih pak pos mengantarkan baju baru atau panci baru dari berbelanja online (termasuk saya sih). Surat kini dilayangkan ke dalam media sosial. Update status di Facebook, bercuit di Twitter, update blogpost terbaru di blog, maupun posting di Instagram.
Jika di zaman dahulu Kartini memakai media surat-menyurat (sahabat pena), zaman sekarang yah memakai media sosial di internet. Zaman sudah berubah dan sekarang jauh lebih efektif berkirim ide maupun pemikiran di dunia maya. Powernya lebih dahsyat daripada sekedar nglenikan face to face di dunia nyata, maupun berkirim surat. Itu berkat postingannya bisa dibaca oleh banyak orang dari segala penjuru dunia. Mulai dari rakyat biasa hingga presiden mempunyai akun media sosial, bahkan mungkin ternak. Zaman now hampir semua orang mempunyai smartphone termasuk emak Kartini. Tak heran sesuatu yang sifatnya lokal bisa menjadi viral hanya karena curhat sepele di dunia maya namun ternyata mampu mencuri perhatian netizen.
Smartphone lebih tajam dari sabetan pedang jika menyangkut isu sara dan lebih membahayakan jika menyinggung emak-emak *eh. Gara-gara smartphone pula terkadang orang dipenjara karena cuitannya. Gara-gara smartphone masalah poligami yang seharusnya menjadi rahasia keluarga sekarang seluruh Indonesia mengetahui padahal gak kenal sama orangnya. Alasannya kasihan istri pertama. Padahal gak tahu faktanya gimana. Apakah sang istri ridho atau tidak. Lalu si bapak poligami terkena bullyan emak-emak dari suluruh penjuru Indonesia. (Kadang saya juga ikutan jengkel sih sebenarnya. Hahaha.) Dan kekuatan terdahsyat di dunia maya adalah tulisan para Kartini Zaman Now. Merekalah yang paling berpengaruh di dunia maya. Tiada yang mampu mengalahkan segala argumennya. Bakalan habis kita kalau berbalas komentar dengan mereka. Yah, itulah perempuan. Apalagi jika mereka sudah emak-emak. Makin garang saja nampaknya.
Kekuatan tulisan Kartini dan media sosialnya.
Lalu sudahkah Umi mempersiapkan diri menjadi Kartini Zaman Now? Jadilah Kartini Zaman Now yang bermanfaat dan tak sekedar posting status. Buah pikirannya kritis demi agamanya dan kemajuan bangsa di mata dunia.
Oh, ya. Baca dulu yuk artikel dari Chiechie yang beliau tulis di web Kumpulan Emak Blogger ini.
Lalu sudahkah Umi mempersiapkan diri menjadi Kartini Zaman Now? Jadilah Kartini Zaman Now yang bermanfaat dan tak sekedar posting status. Buah pikirannya kritis demi agamanya dan kemajuan bangsa di mata dunia.
Oh, ya. Baca dulu yuk artikel dari Chiechie yang beliau tulis di web Kumpulan Emak Blogger ini.
Jika ingin menjadi Kartini Zaman Now yang tulisannya bermanfaat, setidaknya ada beberapa hal yang harus ditekankan seperti berikut ini :
1. Jaga image.
Jangan sampai ketika kita update status menjadi alay atau lebay padahal sudah punya anak. Be cool. Walaupun sebenarnya ingin sekali posting hal sepele yang lebay seperti abege alay yang lagi galau. Sudah. Mending tutup gadgetnya lalu nonton tivi untuk mencari inspirasi, baca buku, bermain bersama anak, atau masak terus cekrek lalu posting biar jadi konten resep masakan kan! Ahaa! Dapat ide kan! Jangan membuat status tanpa menjadikan status tersebut manfaat. Minimal status tersebut bisa sebagai reminder atau catatan kamu.
2. Posting hal yang bermanfaat
Sesekali gak masalah share lucu-lucuan. Namun jangan terlalu sering. Kecuali memang ingin focus membuat konten yang lucu. Tapi lucu yang ada hikmahnya yah. Sekali lagi biar tak sekedar viral namun juga bermanfaat.
3. Mencari bahan topic yang sedang tren namun pilihlah yang paling bermanfaat.
4. What about posting sara?
Well, ini seperti pisau bermata dua ya. Diam maupun berbicara sama-sama kena. Jika ingin memposting tentang sara, baiknya jangan terlalu frontal. *eh gimana? Yah, sampaikan yang benar walaupun menyakitkan bagi orang lain. Namun, pakailah bahasa yang sopan agar pesan yang kita maksud tersampaikan tanpa menyulut emosi pembaca. Orang jika kontra dengan tulisan kita akan mikir lagi beberapa kali sebelum berkomentar kalau sedemikian halus dan mulus pesan yang kita sampaikan biasanya ikutan lembut komentarnya. Jadi bisa meminimalkan war sosmed.
5. Jangan lupakan dunia nyata
Please, mak. Cuciannya jangan dilupain yah. Itu jemuran kehujanan diangkat dulu. Hehehe. Atau itu lemaknya dibakar dulu kompornya matikan dulu. Oh, ya. Anaknya dicari tadi main sepeda sampai mana? Entar ilang. Hihihihi.
6. Jangan sampai habis kuota terbitlah galau.
Kebanyakan kaum milenial jika kuota habis pasti galau. Seolah-olah itu kebutuhan paling primer daripada makan.
Yah, kalau habis beli lagi atau ganti baca buku untuk mencari inspirasi yang baru. Baca Alquran juga biar gak galau.
7. Kumpulkan dan Terbitkan
Agar status yang telah lama ditulis tidak menguap begitu saja baiknya dibuat catatan di laptop atau di notes smartphone. Pisahkan pertema yang nyambung antara status satu dengan yang lain. Jika sudah terkumpul banyak bisa diedit dulu dipermanis maupun ditambahkan lagi poin-poinnya lalu setelah itu bisa dibukukan, lho. Its so simple kan jadi Kartini Zaman Now.
Yuk, kita menjadi Kartini Zaman Now yang seperti Ibu Kita Kartini memikirkan kaumnya untuk merdeka. Walaupun sekarang sudah merdeka. Di luar sana sebenarnya masih banyak perempuan yang belum mengerti. Akan sangat kasihan sekali jika mereka berselancar di dunia maya hanya mendapati tulisan curhat yang tak bermutu atau bahkan malah mbelok menyesatkan. Yuk semangat menulis ala Kartini Zaman Now. Memanfaatkan sosial media untuk berliterasi.
Jangan sampai ketika kita update status menjadi alay atau lebay padahal sudah punya anak. Be cool. Walaupun sebenarnya ingin sekali posting hal sepele yang lebay seperti abege alay yang lagi galau. Sudah. Mending tutup gadgetnya lalu nonton tivi untuk mencari inspirasi, baca buku, bermain bersama anak, atau masak terus cekrek lalu posting biar jadi konten resep masakan kan! Ahaa! Dapat ide kan! Jangan membuat status tanpa menjadikan status tersebut manfaat. Minimal status tersebut bisa sebagai reminder atau catatan kamu.
2. Posting hal yang bermanfaat
Sesekali gak masalah share lucu-lucuan. Namun jangan terlalu sering. Kecuali memang ingin focus membuat konten yang lucu. Tapi lucu yang ada hikmahnya yah. Sekali lagi biar tak sekedar viral namun juga bermanfaat.
3. Mencari bahan topic yang sedang tren namun pilihlah yang paling bermanfaat.
4. What about posting sara?
Well, ini seperti pisau bermata dua ya. Diam maupun berbicara sama-sama kena. Jika ingin memposting tentang sara, baiknya jangan terlalu frontal. *eh gimana? Yah, sampaikan yang benar walaupun menyakitkan bagi orang lain. Namun, pakailah bahasa yang sopan agar pesan yang kita maksud tersampaikan tanpa menyulut emosi pembaca. Orang jika kontra dengan tulisan kita akan mikir lagi beberapa kali sebelum berkomentar kalau sedemikian halus dan mulus pesan yang kita sampaikan biasanya ikutan lembut komentarnya. Jadi bisa meminimalkan war sosmed.
5. Jangan lupakan dunia nyata
Please, mak. Cuciannya jangan dilupain yah. Itu jemuran kehujanan diangkat dulu. Hehehe. Atau itu lemaknya dibakar dulu kompornya matikan dulu. Oh, ya. Anaknya dicari tadi main sepeda sampai mana? Entar ilang. Hihihihi.
6. Jangan sampai habis kuota terbitlah galau.
Kebanyakan kaum milenial jika kuota habis pasti galau. Seolah-olah itu kebutuhan paling primer daripada makan.
Yah, kalau habis beli lagi atau ganti baca buku untuk mencari inspirasi yang baru. Baca Alquran juga biar gak galau.
7. Kumpulkan dan Terbitkan
Agar status yang telah lama ditulis tidak menguap begitu saja baiknya dibuat catatan di laptop atau di notes smartphone. Pisahkan pertema yang nyambung antara status satu dengan yang lain. Jika sudah terkumpul banyak bisa diedit dulu dipermanis maupun ditambahkan lagi poin-poinnya lalu setelah itu bisa dibukukan, lho. Its so simple kan jadi Kartini Zaman Now.
Yuk, kita menjadi Kartini Zaman Now yang seperti Ibu Kita Kartini memikirkan kaumnya untuk merdeka. Walaupun sekarang sudah merdeka. Di luar sana sebenarnya masih banyak perempuan yang belum mengerti. Akan sangat kasihan sekali jika mereka berselancar di dunia maya hanya mendapati tulisan curhat yang tak bermutu atau bahkan malah mbelok menyesatkan. Yuk semangat menulis ala Kartini Zaman Now. Memanfaatkan sosial media untuk berliterasi.
7 Komentar
Semangat selalu
BalasHapusWa'alaikumsalam, Mak Muthmainnah. Setelah membaca postingannya, saya merasa makjleb banget. Apalagi saat ini saya masih sering share status alay dan sampai lupa kalau cucian sudah menumpuk. Hehehe. Terima kasih sudah share :)
BalasHapusHehehe..
HapusTerimakasih mak..
waalaikumussalam warrahmatullahi wabarakatuh... insya Allah kita bisa menjadi Kartini yang bisa menginpirasi para perempuan disekitar kita ya mbak.
BalasHapusAmmiinnn mba chichi
HapusHihihi.. Ya ampun, memang the power of emak2 itu mau di dunia maya atau nyata tetap susah tandingannya ya. Bagus deh kalo emak2nya tetap sadar diri dlm memanfaatkan gajet. Biar beneran jd kartini jaman now��
BalasHapuswaahh tipsnya masuk banget nih.. secara media sosial bisa jadi boomerang kalo kita gak hati-hati ya
BalasHapusJazakumullah khair..
Silahkan tinggalkan kesan dan pesan.